TEKNIK
WAWANCARA
Dalam
KBBI disebutkan bahwa wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang
diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal.
Menurut
Charles Stewart dan W. B. Cash, wawancara adalah sebuah proses komunikasi berpasangan
dengan suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan sebelumnya yang dirancang
untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab.
Menurut
Robert Kahn dan Channel, wawancara adalah suatu pola yang dikhususkan dari
interaksi verbal yang memiliki suatu tujuan dan difokuskan pada sejumlah bidang
tertentu dengan proses eliminasi materi yang tidak ada kaitannya secara
berkelanjutan.
Jadi,
wawancara adalah upaya yang dilakukan seseorang atau suatu pihak untuk
mendapatkan keterangan atau pendapat mengenai suatu hal yang diperlukannya
untuk tujuan tertentu dari seseorang atau pihak lain dengan cara tanya jawab.
Orang yang mewancarai disebut Pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai
disebut pemberi wawancara (interviewee) atau disebut juga responden.
Wawancara
juga merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal. Wawancara merupakan
istilah terjemahan dari bahasa Inggris: interview. Kata ini sendiri
berawal dari bahasa Prancis : entrevoir. Entre berarti antar atau
diantara, saling, bersama-sama. Voir berarti melihat,
mengetahui, mengerti. Maka, secara harafiah wawancara atau interview berarti
saling melihat bersama, atau bertemu untuk melihat bersama-sama.
Dalam
komunikasi, wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam wawancara pihak-pihak yang diwawancarai dan yang mewawancarai
terlibat dalam proses kontak dan pertukaran informasi. Pihak yang
diwawancarai adalah orang yang dari padanya digali informasi. Pihak yang
mewawancarai adalah orang yang ingin mendapatkan informasi. Selama
wawancara, pihak yang diwawancarai dan mewawancarai terlibat percakapan dengan
saling berbicara, mendengar, dan menjawab. Kontak antara orang yang
diwawancarai dapat langsung berhadapan muka atau jarak jauh seperti dalam acara
wawancara jarak jauh melalui TV.
Pembicaraan dalam wawancara mempunyai tujuan yang lebih jauh daripada percakapan biasa karena mempunyai makna yang melebihi maksud percakapan biasa. Karena itu, pembicaraan mengikuti struktur tertentu. Pembicaraan itu bolak-balik antara orang yang mewawancarai dan yang iwawancarai, pertanyaan diajukan dan dijawab secara bergantian dengan maksud menggali topik yang disepakati untuk dibahas guna mencapai tujuan yang direncanakan untuk wawancara itu.
Pertama, wawancara adalah komunikasi yang mempunyai struktur
tertentu, yaitu mempunyai awal, tengah, dan lanjutan.
Kedua, wawancara dilakukan oleh dua pihak, entah satu lawan satu,
satu lawan beberapa, atau banyak orang. Pihak yang mewanwancarai disebut
pewawancara (interviewer). Pewawancara ini mempunyai maksud mengadakan
wawancara dan mempunyai sasaran-sasaran tersendiri dari wawancara itu. Pihak
yang diwawancarai disebut interviewee.
Ketiga, wawancara dilakukan dengan tatap muka dengan sungguh-sungguh
bertemu saling bertatap muka, tatap muka jarak jauh seperti wawancara TV atau
tanpa tatap muka jarak jauh seperti wawancara melalui telepon atau e-mail.
Dalam komunikasi interpersonal, sesuai dengn maksudnya, kita dapat mengadakan
wawancara dengan orang lain.
STRUKTUR
WAWANCARA
Wawancara
mempunyai struktur, yaitu awal (opening, beginning), tengah (middle,
body), dan penutup (end, closing) serta tindak lanjut (follow-up)
wawancara.
Awal
Wawancara
Awal
wawancara merupakan permulaan wawancara dan merupakan orientasi tentang apa
yang akan dibicarakan, dilakukan, dan terjadi dalam wawancara. Awal wawancara
digunakan untuk menciptakan hubungan baik antara pewawancara dan pihak yang
diwawancarai, dan membuat keduanya yang terlibat dalam wawancara dapat menjadi
bebas, leluasa, dan tidak terhambat serta berkomunikasi dengan jujur, tulus,
dan enak. Ini dilakukan dengan dua cara : pertama, menciptakan suasana
saling percaya dan saling berkehendak baik. Kedua, menjelaskan maksud
dan tujuan wawancara.
Tengah
Wawancara
Tengah
wawancara merupakan tubuh wawancara dan merupakan bagian pokok dari wawancara,
memakan sebagian besar waktu, dan pewawancara serta pihak yang diwawancarai
saling berkontak dan berbicara paling intensif, saling bertanya, menjawab,
saling berbicara dan saling menanggapi. Singkatnya, pewawancara dan pihak yang
diwawancarai sungguh-sunggug "get down to the business" dengan
maksud dan lingkup wawancara yang sudah disepakati.
Akhir
Wawancara
Akhir
wawancara merupakan kesimpulan penutup wawancara. Pada akhir wawancara, sesudah
wawancara dirasa cukup dan berhasil diringkas isi-isinya pokoknya, diterangkan
apa yang akan dilakukan dengan hasil wawancara itu, dan tidak lanjut apa yang
akan dilakukan oleh pewawancara dan apa yang diharapkan dari pihak yang
diwawancarai.
Tindak
Lanjut Wawancara
Tindak
lanjut wawancara mencakup apa yang akan dibuat selanjutnya dengan hasil
wawancara itu. Tindak lanjut yang akan dilakukan oleh pewawancara, misalnya
dimuatnya hasil wawancara tersebut di majalah atau surat kabarnya; hasil
wawancara yang direkam dengan video tape ditayangkan di TV; hasil wawancara
tersebut digunakan sebagai bahan karangan, skripsi, tesis, disertasi atau buku;
atau hanya dijadikan dokumentasi dan disimpan untuk bisa dipergunakan untuk
suatu keperluan pada suatu saat di kemudian hari.
Bentuk-bentuk wawancaraialah, sbb:
1. Man in the street interview: wawancara ini dilakukan pada saat
wartawan sedang meliput suatu peristiwa langsung dilapangan dan meminta
tanggapan khalayak terhadap peristiwa tersebut.
2. Casual interview: wawancara ini dilakukan secara
mendadak dikarenakan ada keperluan mendesak. Personality interview, wawancara
mengani profil sosoorang atau tokoh.
3. News interview: merupakan bentuk wawancara yang
srring dilakukan oleh jurnalistik untuk mengumpulkan fakta untuk disiarkan.
4. Telepohone interview: wawancara yang dilakukan melalui
media telepon biasa digunakan pada acara-acara live di televisi.
5. Prepared
question interview: wawancara
ini digunakan mass media untuk mendapatkan tanggapan terhadap hal-hal yang
cukup rumit seperti data-data atau menyangkut keilmuan.
6. Group interview: bentuk wawancara ini biasanya
dilakukan secara bersama-sama untuk mendapatkan informasi dari sekelompok
narasumber atau biasa disebut symposium.
Jenis-jenis
Wawancara
1. Wawancara bebas: wawancara yang susunan pertanyaannya
tidak ditentukan lebih dahulu dan pembicaraannya tergantung kepada suasana
wawancara. Wawancara bebas disebut wawancara tidak berstruktur karena tidak
terikat pada daftar pertanyaan tertentu. Contohnya, wawancara yang dilakukan
seorang wartawan dengan artis atau pejabat pemerintah.
2. Wawancara terpimpin: wawancara yang dilakukan dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Wawancara
terpimpin disebut juga sebagai wawancara berstruktur. Contohnya, wawancara yang
dilakukan pembawa acara di stasiun televisi kepada pihak yang diwawancarai
(pejabat, pemuka masyarakat, ahli).
3. Wawancara individual: wawancara yang dilakukan oleh
seorang (pewawancara) dengan responden tunggal. Wawancara individual disebut
juga sebagai wawancara secara perorangan. Contohnya, wawancara formal maupun
informal yang dilakukan oleh seorang wartawan dengan seorang pejabat tertentu
atau seorang wartawan dengan seorang artis.
4. Wawancara kelompok: wawancara yang dilakukan terhadap
sekelompok orang dalam waktu yang bersamaan. Sebagai contoh, wawancara yang
dilakukan wartawan dengan sekelompok personal band atau para pemain dari
kesebelasan sepakbola tertentu.
5. Wawancara konferensi: wawancara antara seorang pewawancara
dengan sejumlah responden atau wawancara antara sejumlah pewawancara dengan
seorang responden. Contohnya, wawancara yang dilakukan wartawan terhadap
sejumlah pimpinan perusahaan saat melakukan konferensi pers untuk publisitas,
wawancara yang dilakukan oleh beberapa wartawan kepada pejabat yang
menyelenggarakan konferensi pers, wawancara yang dilakukan dengan pola
konferensi jarak jau (teleconference) seperti yang dilakukan oleh pewawancara
TV dengan beberapa pihak yang diwawancarai di berbagai kota terpisah.
6. Wawancara terbuka: wawancara yang berdasarkan
pertanyaan yang tidak terbatas (tidak terikat) jawabannya. Contohnya, wawancara
dengan menggunakan pertanyaan yang menghendaki penjelasan atau pendapat
seseorang.
7. Wawancara tertutup: wawancara yang berdasarkan
pertanyaan yang terbatas jawabannya. Contohnya, wawancara yang menggunakan
lembar daftar pertanyaan (questionaire) dengan jawaban yang telah dipersiapkan
untuk dipilih, seperti setuju, tidak setuju, ya, tidak, sangat baik, cukup,
kurang, dan lain sebagainya.
Elemen-elemen
Penting dalam Wawancara (Stewart & Cash, 2012), yaitu:
- Interaktif. Wawancara adalah interaktif, karena adanya pertukaran atau pembagian, sebuah peran, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Jika seseorang berbicara terus menerus dan orang lain mendengarkan, maka hal tersebut adalah sebuah pidato, bukan wawancara.
- Proses. Sebuah proses adalah interaksi beragam variabel yang dinamis, terus-menerus, dalam tingkatan sistem atau struktur. Dalam berinteraksi, semua pihak memberikan energi yang berkeinginan untuk mencapai sebuah tujuan. Interaksi komunikasi tidak bersifat statis. Peranan berganti, ada pertukaran informasi, penyampaian perasaan dan motif memproduksi reaksi dan mengacu pada area baru yang tak terduga.
- Pihak. Wawancara adalah sebuah proses dyadic (dua pihak), tapi banyak wawancara melibatkan lebih dari dua orang, namun tidak pernah lebih dari dua pihak. Dalam setiap situasi, selalu ada dua pihak-pihak pewawancara dan pihak yang diwawancarai/responden. Jika ada lebih dari dua pihak yang terlibat, sebuah interaksi kelompok kecil terjadi, bukan sebuah wawancara.
- Tujuan. Determinasi dan keseriusan tujuan ini membedakan wawancara dari perbincangan sosial atau informal, wawancara harus punya tahap persiapan rencana dan struktur, bahkan meskipun sedikit keluar jalur. Dalam sebuah wawancara efektif, pewawancara merencanakan pembukaan, memilih topik, menyiapkan pertanyaan, mengumpulkan informasi, dan menemukan cara jalannya wawancara. Walaupun perbincangan dan wawancara memiliki karakteristik yang sama, seperti pertukaran kata perbincangan dan mendengarkan, kesamaan perhatian dari kedua pihak menentukan interaksi menyenangkan dan berharga, dan pembagian pesan verbal dan nonverbal secara efektif, mereka berbeda.
- Pertanyaan. Bertanya dan menjawab pertanyaan sangat penting pada semua wawancara. Sebuah wawancara, merupakan proses komunikasi interaksi antara dua pihak, setidaknya salah satunya telah menentukan tujuan serius yang melibatkan tanya-jawab dari sebuah pertanyaan.
Prosedur
Pelaksanaan Wawancara, sbb:
1. Penyusunan Pedoman Wawancara. Pedoman wawancara perlu disusun
agar proses wawancara dapat terarah dan data yang diperoleh sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Langkah penyusunan pedoman wawancara yaitu: (1)
menetapkan tujuan wawancara, menetapkan pertanyaan, (2) membuat butir
pertanyaan yang jelas agar mudah dipahami individu, (3) pertanyaan harus fokus
pada informasi yang diinginkan, (4) pertanyaan jangan memiliki makna ganda, (5)
pertanyaan hendaknya tidak mengandung unsur SARA dan sugestif, dan (6) apabila
bentuk wawancara terstruktur maka pertanyaan-pertanyaan harus disusun secara
rinci, dan jika tidak terstruktur dapat dituliskan pokok-pokok pertanyaannya
saja.
2. Pelaksanaan Wawancara. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebelum wawancara dilakukan: (1) menetapkan individu yang akan
diwawancarai, (2) menetapkan jadwal dan tempat wawancara, (3) menghubungi
individu yang akan diwawancarai, (4) melaksanakan wawancara, (5) melakukan
verbal setting sebelum wawancara dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang
tujuan wawancara, (6) informasi apa yang dibutuhkan, (7) lama wawancara
dilakukan dan jaminan akan adanya kerahasiaan, (8) selama proses wawancara,
pewawancara hendaknya mampu melakukan attending skill, mampu bertanya dengan
baik, mampu mendengar aktif dan mampu mencatat hasil wawancara dengan lengkap,
dan (9) menutup wawancara dengan membuat kesimpulan hasil wawancara.
3. Analisis Hasil Wawancara. Hasil wawancara yang diperoleh
segera dianalisis dengan mengikuti beberapa tahap, yaitu: (1) mengidentifikasi
dan mengelompokkan jawaban individu berdasarkan pokok pikiran pada pedoman
wawancara dan pencapaian tujuan wawancara, (2) menganalisis dan mensintesakan
hasil jawaban individu sesuai dengan tujuan wawancara, dan (3) membuat
kesimpulan berdasarkan hasil sintesis dari berbagai jawaban individu.
Sikap-Sikap
yang Harus Dimiliki Pewawancara,
sbb:
- Netral
- Ramah
- Adil
- Hindari ketegangan
Beberapa
Hal Yang Harus Dihindari Ketika Proses Wawancara Berlangsung:
- Menyampaikan pertanyaan yang sudah umum atau pasti jawabannya.
- Menanyakan pertanyaan yang inti jawabannya sama dengan pertanyaan sebelumnya.
- Meminta narasumber untuk mengulang-ulang jawabannya.
- Memotong pembicaraan narasumber.
- Bersikap lebih pandai dari narasumber.
MANFAAT
WAWANCARA
Wawancara
dalam komunikasi interpersonal membantu kita untuk,
- Berkenalan dengan orang yang "istimewa" dalam pribadi, profesi, atau sumbangannya kepada masyarakat.
- Menambah wawasan hidup.
- Memberi inspirasi dan mendorong semangat hidup.
- Memotivasi menjadi manusia yang lebih bermutu dan mau memberi sumbangan yang berarti dalam hidup.
Menurut Bailey
(1978) dalam bukunya Methods of Social Research:
Kelebihan
metode wawancara:
- Flexibility. Pewancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu. Jika dia menginginkan informasi yang mendalam maka dapat melakukan “probing”. Demikian pula jika ingin memperonleh informasi tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan. Bahkan jika sebuah pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan pada saat itu, dia bisa menundanya.
- Response rate. Maknanya, wawancara cenderung ditanggapi secara lebih baik dibandingkan dengan kuesioner yang diposkan. Responden yang tidak mampu menulis atau membaca tetap bisa menjawab pertanyaan, demikian pula mereka yang malas menulis. Banyak responden yang lebih menyukai mengeluarkan pandangannya secara lisan daripada tulisan.
- Nonverbal behavior. Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, Misalnya rasa suka, rasa tidak suka, atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
- Control over environment. Pewawancara dapat mengatur lingkungan di mana wawancara dilakukan, misalnya di ruangan tersendiri, atau tanpa kehadiran orang lain. Hal ini mencegah terjadinya jawaban yang diintervensi pihak lain.
- Question order. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden dapat memahami maksud penelitian secara lebih baik. Hal ini juga dapat menjamin pertanyaan dapat terjawab semuanya, kecuali memang respondennya tidak bersedia menjawabnya.
- Spontaneity. Pewawancara dapat merekam jawaban-jawaban yang spontan. Dalam hal tertentu jawaban spontan bisa lebih jujur dan informative, kurang normative.
- Respondent alone can answer. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh responden yang telah kita tetapkan.
- Completeness. Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan.
- Time of interview. Pewawancara dapat menyusun jadwal wawancara yang relatif pasti. Kapan, di mana, sehingga data yang diperoleh tidak keluar dari rancangan penelitian.
- Greater complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisikan pertanyaan yang mudah dijawab oleh responden. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
Kekurangan
metode wawancara:
- Cost. Biaya supervisi lapangan, biaya latihan pewawancara, biaya perjalanan serta pemondokan, imbalan bagi responden, dan lain sebagainya Di Amerika dan Eropa khususnya, biaya yang harus dikeluarkan untuk seorang responden bisa sampai dengan 100 dolar pada tahun 1995 (Cooper dan Emory). Artinya kalau respondennya 100 orang peneliti harus menyediakan uang sekitar 75 juta rupiah. Di Indonesia belum ada tarif yang bisa diterima umum ketika seorang peneliti mewawancarai responden
- Time. Waktu wawancara tidak dapat dilakukan kapan saja. Kadang responden hanya punya waktu sedikit, sehingga untuk menjawab seluruh pertanyaan diperlukan beberapa kali wawancara. Berdasarkan pengalaman, penelitian yang sampelnya banyak dan secara geografis berbeda domisilinya, bisa memakan waktu sekitar enam bulan .
- Interview bias. Walau telah dilakukan tatap muka, namun kesalahan bertanya dan juga kesalahan mentafsirkan jawaban, masih bisa terjadi. Sering terjadi atribut (jenis kelamin, etnik, status sosial, jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb) responden dan juga pewawancara mempengaruhi jawaban.
- Inconvenience. Karena kesibukan atau alasan lainnya, tidak sedikit responden mau diwawancarai. Namjun, karena sudah janji, responden tetap mau menjawab pertanyaan walau dalam kondisi tertekan, sakit, atau mengalami gangguan lainnya. Dan hal tersebut berpengaruh pada kualitas jawaban Berdasarkan banyak penelitian di bidang manajemen sumber daya manusia, pimpinan perusahaan lebih sering melarang peneliti mewawancari pegawainya. Kalau wawancara dilakukan di rumah juga sama. Mungkin mereka tidak punya waktu atau bisa juga karena mereka takut didatangi oleh orang asing.
- Less anonymity. Dibanding melalui kuesioner, melalui wawancara responden sulit menyembunyikan identitas dirinya . Artinya pewawancara bisa dipandang mempunyai potensi yang bisa mengancam dirinya, sehingga jawaban harus dilakukan secara ekstra hati-hati. Apalagi jika jawabannya direkam melalui pita perekam.
- Less standardized question wording. Pertanyaan sering kali kurang baku. Responden yang berbeda bisa ditanyakan dengan kalimat yang berbeda bahkan isinya berbeda pula. Fleksibilitas ternyata bisa merupakan kekuatan namun dapat pula merupakan kelemahan tenik wawancara.
SUMBER
REFERENSI :
Hardjana, Agus
M. 2007. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta :
Kanisius
Kerlinger, F.
N. (2003). Asas-asas penelitian behavioral (3th ed). Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Steinar,
K. (1996). Interviews an introduction to qualitative research interviewing.
Sage Publications
Sumber
lain:
http://edukasi.ko mpasiana.com/2013/02/23/artikel-wawancara-537564.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Wawancara
http://kbbi.web.id/wawancara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar