Jumat, 21 Maret 2014

Tingkat Prestasi Belajar Dengan Kedesiplinan Pada Mahasiswa



Hallo semuanya……

Di era globalisasi saat ini, sungguh tak asing lagi berbicara mengenai dunia pendidikan. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya program dan pelatihan. Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa tingkatan yang sudah menjadi ketetapan sejak dulu. Biasanya pada tingkatan awal selagi usia dini akan berkaitan dengan playgroup, paud dan semacamnya. Setelah beranjak dari usia dini maka tingkatan dalam jenjang pendidikan akan berbeda, yaitu jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi atau Universitas yang tingkatannya sudah di akhir.
Universitas merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan ilmiah atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu Pemilihan fakultas ini biasanya disesuaikan dengan keinginan atau pun kompetensi dari mahasiswa.  

Mahasiswa adalah orang atau individu yang belajar di perguruan tinggi). Dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi lebih diserahkan kepada mahasiswa, dimana pembelajaran seperti ini bertujuan agar mahasiswa dapat menjadi lebih aktif dan mandiri dalam belajar. Sebaiknya seorang mahasiswa sudah mampu mengidentifikasi kebutuhan belajarnya dalam mengelola waktu untuk belajar maupun mengerjakan tugas, serta mampu menentukan strategi belajar yang tepat.

Hal  lain yang sebaiknya dimiliki oleh seorang mahasiswa adalah mempersiapkan dan membaca materi modul untuk pertemuan berikutnya tanpa harus menunggu penjelasan dari dosen, menyiapkan beberapa pertanyaan untuk didiskusikan di kelas, persiapan dalam melaksanakan ujian atau presentasi di depan kelas.
                                                                                                    
Pada kenyataan yang dijumpai dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi menurut Isroah dan Sumarsih (2010) tidak sesuai dengan harapan yang ada, misalnya (1) ada mahasiswa yang masih bergantung pada temannya saat ujian atau saat mengerjakan tugas (2) ada mahasiswa yang sering menyalin pekerjaan teman dalam mengerjakan tugas mandiri, (3) inisiatif mencari sumber bacaan rendah sementara sebenarnya banyak sumber yang dapat diakses, (4) mahasiswa juga menunjukkan kurang kedisiplinan belajar, hal ini tampak dalam kehadiran kuliah baik ketepatan waktu hadir maupun disiplin saat proses pembelajaran, (5) masih ada sebagian mahasiswa yang hadir kuliah tanpa persiapan tetapi hanya berprinsip datang, duduk, diam dan catat, (6) ada sebagian mahasiswa yang tidak memiliki buku tetapi hanya catatan kuliah apabila mereka memiliki buku, buku tersebut masih bersih tanpa ada tanda bila sudah digunakan untuk belajar, (7) sebagian kecil mahasiswa menganggap dosen adalah sumber utama belajar, (8) mahasiswa menyenangi dosen yang menyampaikan materi secara lengkap sehingga mahasiswa mempunyai catatan yang lengkap dan rapi, (9) masih ada anggapan sebagian mahasiswa bahwa yang penting memperoleh nilai bukan pada proses belajarnya.

Fenomena di atas merupakan beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan menurunya kemandirian belajar pada mahasiswa pada masa sekarng,lainya dengan masa pas menjadi siswa. Dalam proses belajar, seharusnya seorang mahasiswa tidak (terus-menerus) menggantungkan diri kepada bantuan, pengawasan dan pengarahan dosen atau orang lain, tetapi didasarkan oleh rasa percaya diri dan motivasi diri untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Terutama untuk proaktif dalam mengelola kegiatan belajarnya. Bahkan mahasiswa pun diharapkan untuk tahu kapan mereka membutuhkan bantuan orang lain atau dosen dan kapan pula untuk tidak (Nurhayati, 2011).

Knowles menyatakan bahwa pembelajaran di perguruan tinggi dapat didesain berdasarkan empat asumsi yaitu konsep kemandirian untuk mengatur diri, pengalaman orang dewasa adalah khasanah, kesiapan untuk belajar dan orientasi
belajar berpusat pada kehidupan atau masalah (dalam Isroah dan Sumarsih, 2010).

Proses ini juga dialami oleh mahasiswa yang berada pada fase remaja akhir atau dewasa awal. Berdasarkan proses tersebut seyogianya setiap mahasiswa dibimbing untuk memiliki kemandirian belajar serta dapat mampu menerapkannya melalui proses pembelajaran di tingkat universitas.

Sikap kemandirian dalam belajar perlu ditanamkan kepada pembelajar, terutama mahasiswa sejak memasuki bangku perkuliahan. Kemandirian merupakan sikap yang terbentuk akibat rancangan proses belajar yang memandirikan pembelajar, bukan sikap yang datang tiba-tiba tanpa proses belajar (Nurhayati, 2011).

Hal ini juga ditinjau dari segi usia seorang mahasiswa yang sudah memasuki fase remaja akhir atau dewasa awal. Pada fase ini mahasiswa sudah memungkinkan untuk dapat melakukan belajar secara mandiri tanpa banyak bergantung kepada kendali dosen, meski keberadaan dosen masih tetap diperlukan baik sebagai pembimbing, motivator atau fasilitator sebagai pembelajar.
Menurut Basri, Adolesence atau remaja adalah sebagai kelompok manusia yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab (http://h2dy.wordpress.com).

Dalam artian tersebut jelas terlihat bahwa sebagai seorang remaja (mahasiswa) diharapkan untuk dapat lebih mandiri dalam melaksanakan suatu tanggung jawab. Tanggung jawab disini akan dikaitkan pada bidang akademik yaitu dalam menjalankan proses pembelajaran di Perguruan Tinggi.

Dengan terkaitnya prestasi belajar, bahwa kedisiplinan sangat lah penting karena itu akan membentuk citra dalam diri seseorang dan tingkat prestasi belajar seseorang ditentukan bagaimana seseorang itu menjaga kedisipilanan secara individual. Tingkat prestasi belajar bergantung pada intesitas individu yang menjalankanya.

Dengan ini saya mengaitkan dengan sudut padang dari perkembangan dan teori sosial, yaitu:
  1. Teori perkembangan yang dikemukakan oleh Kohlberg dalam 3 tahapan yang didalam nya berisi masing-masing 2 sub tahapan:

Tahap pra-konventional:
tahap 1: Orientasi dan kepatuhan hukuman
tahap 2: Individualismedan pertukaran

Tahap konventional:
tahap 3:relasi interpersonal yang baik
tahap 4: menjaga peraturan sosial

Tahap Pasca konventional:
Tahap 5:kontrak sosial dan hak individu
Tahap 6: prinsip universal

Dengan sudut pandang dari perkembangan terlihat bahwa mahasiswa itu terletak di tahap 2 yaitu koventional,dimana didalamnya terdapat 2 sub tahapan, mengenai relasi interpersonal yang baik dan menjaga peraturan sosial.. dimana dengan fenomena yang sekarang terjadi dimahasiswa bahwa sangat menurun nya mengenai relasi interperspnal yang baik terhadap orang lain dan lingkungan, sehingga dalam taat pada peraturan pun tidak dijaga dan berbuntut pada dampak perkembangan nya.

Sedangkan dengan pendekatan sosial dalam teori kognisi sosial dan lingkungan sosialnya:
Dimana individu berpikir melalui proses kognitif nya, sehingga dalam pengambilan keputusan itu melalui proses kognitif saat berpikir nya yang mengatur, dan didukung dengan lingkungan sosialnya yang memungkinkan seseorang dapat berubah dalam berprilaku, karena lingkungan sosai dapat mempengaruh perilaku individu itu sendiri.


Sekian tulisan yang saya buat ini, semoga ini bisa menjadi masukan buat para mahasiswa yang lain dalam bersikap dan semoga tulisan saya memberikan kontribusi yang baik untuk semua nya… makasi

Sumber Refrensi:
Papalia, Olds, &Feldman,Human Development Edisi 10
Baron, Robert & Bryne, Donn Psikologi Sosial jilid 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar