Hallo semuanya……
Di era globalisasi saat ini, sungguh tak asing lagi berbicara
mengenai dunia pendidikan. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya program dan pelatihan. Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa tingkatan
yang sudah menjadi ketetapan sejak dulu. Biasanya pada tingkatan awal selagi
usia dini akan berkaitan dengan playgroup, paud dan semacamnya. Setelah
beranjak dari usia dini maka tingkatan dalam jenjang pendidikan akan berbeda,
yaitu jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi atau Universitas
yang tingkatannya sudah di akhir.
Universitas merupakan
perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan
pendidikan ilmiah atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu Pemilihan
fakultas ini biasanya disesuaikan dengan keinginan atau pun kompetensi dari
mahasiswa.
Mahasiswa adalah orang atau individu yang belajar di perguruan
tinggi). Dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi lebih diserahkan kepada
mahasiswa, dimana pembelajaran seperti ini bertujuan agar mahasiswa dapat
menjadi lebih aktif dan mandiri dalam belajar. Sebaiknya seorang mahasiswa
sudah mampu mengidentifikasi kebutuhan belajarnya dalam mengelola waktu untuk
belajar maupun mengerjakan tugas, serta mampu menentukan strategi belajar yang
tepat.
Hal lain yang sebaiknya
dimiliki oleh seorang mahasiswa adalah mempersiapkan dan membaca materi modul
untuk pertemuan berikutnya tanpa harus menunggu penjelasan dari dosen, menyiapkan
beberapa pertanyaan untuk didiskusikan di kelas, persiapan dalam melaksanakan
ujian atau presentasi di depan kelas.
Pada kenyataan yang dijumpai dalam proses pembelajaran di
perguruan tinggi menurut Isroah dan Sumarsih (2010) tidak sesuai dengan harapan
yang ada, misalnya (1) ada mahasiswa yang masih bergantung pada temannya saat
ujian atau saat mengerjakan tugas (2) ada mahasiswa yang sering menyalin
pekerjaan teman dalam mengerjakan tugas mandiri, (3) inisiatif mencari sumber
bacaan rendah sementara sebenarnya banyak sumber yang dapat diakses, (4)
mahasiswa juga menunjukkan kurang kedisiplinan belajar, hal ini tampak dalam
kehadiran kuliah baik ketepatan waktu hadir maupun disiplin saat proses
pembelajaran, (5) masih ada sebagian mahasiswa yang hadir kuliah tanpa
persiapan tetapi hanya berprinsip datang, duduk, diam dan catat, (6) ada
sebagian mahasiswa yang tidak memiliki buku tetapi hanya catatan kuliah apabila
mereka memiliki buku, buku tersebut masih bersih tanpa ada tanda bila sudah
digunakan untuk belajar, (7) sebagian kecil mahasiswa menganggap dosen adalah
sumber utama belajar, (8) mahasiswa menyenangi dosen yang menyampaikan materi
secara lengkap sehingga mahasiswa mempunyai catatan yang lengkap dan rapi, (9)
masih ada anggapan sebagian mahasiswa bahwa yang penting memperoleh nilai bukan
pada proses belajarnya.
Fenomena di atas merupakan beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan
menurunya kemandirian belajar pada mahasiswa pada masa sekarng,lainya dengan
masa pas menjadi siswa. Dalam proses belajar, seharusnya seorang mahasiswa
tidak (terus-menerus) menggantungkan diri kepada bantuan, pengawasan dan
pengarahan dosen atau orang lain, tetapi didasarkan oleh rasa percaya diri dan
motivasi diri untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Terutama untuk proaktif
dalam mengelola kegiatan belajarnya. Bahkan mahasiswa pun diharapkan untuk tahu
kapan mereka membutuhkan bantuan orang lain atau dosen dan kapan pula untuk
tidak (Nurhayati, 2011).
Knowles menyatakan bahwa pembelajaran di perguruan tinggi dapat
didesain berdasarkan empat asumsi yaitu konsep kemandirian untuk mengatur diri,
pengalaman orang dewasa adalah khasanah, kesiapan untuk belajar dan orientasi
belajar berpusat pada
kehidupan atau masalah (dalam Isroah dan Sumarsih, 2010).
Proses ini juga dialami oleh mahasiswa yang berada pada fase remaja
akhir atau dewasa awal. Berdasarkan proses tersebut seyogianya setiap mahasiswa
dibimbing untuk memiliki kemandirian belajar serta dapat mampu menerapkannya
melalui proses pembelajaran di tingkat universitas.
Sikap kemandirian dalam belajar perlu ditanamkan kepada
pembelajar, terutama mahasiswa sejak memasuki bangku perkuliahan. Kemandirian
merupakan sikap yang terbentuk akibat rancangan proses belajar yang
memandirikan pembelajar, bukan sikap yang datang tiba-tiba tanpa proses belajar
(Nurhayati, 2011).
Hal ini juga ditinjau dari segi usia seorang mahasiswa yang sudah
memasuki fase remaja akhir atau dewasa awal. Pada fase ini mahasiswa sudah
memungkinkan untuk dapat melakukan belajar secara mandiri tanpa banyak
bergantung kepada kendali dosen, meski keberadaan dosen masih tetap diperlukan
baik sebagai pembimbing, motivator atau fasilitator sebagai pembelajar.
Menurut Basri, Adolesence
atau remaja adalah sebagai kelompok manusia yang telah meninggalkan masa
kanak-kanak yang penuh ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung
jawab (http://h2dy.wordpress.com).
Dalam artian tersebut jelas terlihat bahwa sebagai seorang remaja
(mahasiswa) diharapkan untuk dapat lebih mandiri dalam melaksanakan suatu
tanggung jawab. Tanggung jawab disini akan dikaitkan pada bidang akademik yaitu
dalam menjalankan proses pembelajaran di Perguruan Tinggi.
Dengan terkaitnya prestasi belajar, bahwa kedisiplinan sangat lah
penting karena itu akan membentuk citra dalam diri seseorang dan tingkat
prestasi belajar seseorang ditentukan bagaimana seseorang itu menjaga
kedisipilanan secara individual. Tingkat prestasi belajar bergantung pada
intesitas individu yang menjalankanya.
Dengan ini saya
mengaitkan dengan sudut padang dari perkembangan dan teori sosial, yaitu:
- Teori perkembangan yang dikemukakan oleh Kohlberg dalam 3 tahapan yang didalam nya berisi masing-masing 2 sub tahapan:
Tahap
pra-konventional:
tahap 1: Orientasi dan kepatuhan hukuman
tahap 2: Individualismedan pertukaran
Tahap konventional:
tahap 3:relasi interpersonal yang baik
tahap 4: menjaga peraturan sosial
Tahap
Pasca konventional:
Tahap 5:kontrak sosial dan hak individu
Tahap 6: prinsip universal
Dengan sudut pandang dari perkembangan terlihat bahwa mahasiswa
itu terletak di tahap 2 yaitu koventional,dimana didalamnya terdapat 2 sub
tahapan, mengenai relasi interpersonal yang baik dan menjaga peraturan sosial..
dimana dengan fenomena yang sekarang terjadi dimahasiswa bahwa sangat menurun
nya mengenai relasi interperspnal yang baik terhadap orang lain dan lingkungan,
sehingga dalam taat pada peraturan pun tidak dijaga dan berbuntut pada dampak
perkembangan nya.
Sedangkan dengan pendekatan sosial dalam teori kognisi sosial dan
lingkungan sosialnya:
Dimana individu berpikir
melalui proses kognitif nya, sehingga dalam pengambilan keputusan itu melalui
proses kognitif saat berpikir nya yang mengatur, dan didukung dengan lingkungan
sosialnya yang memungkinkan seseorang dapat berubah dalam berprilaku, karena
lingkungan sosai dapat mempengaruh perilaku individu itu sendiri.
Sekian tulisan yang
saya buat ini, semoga ini bisa menjadi masukan buat para mahasiswa yang lain
dalam bersikap dan semoga tulisan saya memberikan kontribusi yang baik untuk
semua nya… makasi
Sumber Refrensi:
Papalia, Olds, &Feldman,Human Development Edisi
10
Baron, Robert & Bryne, Donn Psikologi Sosial
jilid 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar