PSIKODIAGNOSTIK
DAN PSIKOLOGI DIFERENSIAL
DEFENISI PSIKODIAGNOSTIK
Istilah psikodiagnostik pertama sekali
oleh Hermann Rorschach pada tahun 1921. Para psikolog
banyak sekali memberi pengertian psikodiagnostik itu sendiri. Dari berbagai
pengertian psikodiagnostik, ada dua hal defenisi yang kami ambil;
1.
Disiplin ilmu
yang mengaplikasikan dan mengembangkan pengukuran untuk menilaikarakteristik yang sesuai tentang seseorang, situasi,
lembaga dan berbagai objek lain.
2.
Menurut kamus
psikologi,psikodiagnostik adalah studi mengenai kepribadian lewat penafsiran terhadap tanda-tanda
tingkah laku, cara berjalan, gerak isyarat, sikap dan penampilan wajah, dst.
Ada
empat cara teknik dan prosedur yang digunakan dalam pikodiagnostik, yaitu :
1.
Wawancara,
terjadi pertukaran pandangan dan informasi antara pendiagnosa dan klien. dalam wawancara akan membangun suatu komunikasi baik verbal maupun
nonverbal pada klien tersebut. Ada beberapa cara dalam wawancara yaitu: isi
pertanyaan wawancara,respon yang baik diberikan kepada kline, umpan balik dalam
memperoleh yang kita kehendaki.
2.
Observasi,
kegiatan mengenali tingkahlaku individu yang biasanya akan diakhiri denganmencatat hal-hal yang dipandang penting sebagai penunjang
informasi mengenai klien. Didalam observasi memiliki kelemahan, yaitu: Halo
efek, Hawthorn effect dan Refleksi observer.
3.
Buku harian atau diary, biasanya
dipakai sebagai tempat pencurahan hal-hal
yang positif dan negatif. Asumsi untuk menganalisis diary adalah bahwa
subjek akan mencatat segala hal yang ia anggap penting dan juga rahasia, mengenai
satu atau lebih fase kehidupannya dan peristiwa yang dialaminya.
4.
Tes psikologi adalah pertanyaan-pertanyaan yg harus dijawab dan
atau perintah-perintah yang harus dijalankan, dan berdasarkan atas
bagaimana teste itu menjawab pertanyaan
dan atau melakukan perintah penyelidiki dapat mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkan dg standart atau dg testee yg lain.
SYARAT
TES YANG BAIK : Valid, Reliabel, Distandardisasi, Obyektif, Diskriminatif, Komprehensif dan Mudah digunakan.
Proses dalam Psikodiagnostik, meliputi 2 hal yaitu:
1. Proses informal, melalui pandangan
seseorang menilai individu dalam kesehariannya dan biasanya terjadi kesalahpahaman (kesan).
2. Proses formal, melalui kegiatan yang
sistematis dan terarah sehingga diperoleh data yangobjektif dan akurat.
PENDEKATAN
DIFERENSIAL:
Pendekatan diferensial
merupakan sistem yang bersifat empiris, bukannya teoritis. Fokus utama
pendekatan diferensial adalah mencari tahu bagaimana orang dapat dikelompokkan
ke dalam sub-kelompok dalam perkembangannya. Pengelompokan tersebut dapat
dilakukan berdasarkan atribut status dan atribut perilaku. Pengelompokan yang
berdasarkan atribut status misalnya berdasarkan usia, jenis kelamin, dan ras.
Pengelompokan demikian tentu saja sama sekali tidak tidak bersifat psikologis.
Pembedaan yang bersifat psikologis adalah yang didasarkan pada atribut
behavioral. Atribut perilaku dapat dilihat dalam dimensi behavioral atau
psikologis bipolar. Contohnya: ekstroversi-introversi, dominan-submisif,
agresif-pasif, tingkat aktivitas tinggi-tingkat aktivitas rendah, independen-dependen,
trust-mistrust, dsb. Pada kenyataannya atribut behavioral bersifat kontinum
yang memiliki sifat atau karakteristik yang saling berlawanan pada
masing-masing ujungnya. Psikologi diferensial membagi individu ke dalam dua
kelompok berdasarkan masing-masing atribut behavioral tersebut. Dengan demikian
seorang individu akan digolongkan sebagai ekstrovert atau introvert, dominan
atau submisif.
Tujuan
psikolog menggunakan pendekatan diferensial dalam studi tentang perkembangan
psikologis adalah untuk mengetahui berbagai jenis sub-kelompok pada atribut
status dan perilakunya. Para psikolog menentukan beberapa atribut tersebut
untuk lebih jauh meneliti diferensiasi dalam pola perkembangannya. Dengan
demikian, antara lain, akan dapat diperoleh jawaban bagaimana perbedaan
perkembangan antara laki-laki dan perempuan pada usia remaja mereka. Dan selanjutnya
akan mendapatkan jawaban bahwa laki-laki lebih dominan perkembanganya, sedangkan perempuan lebih
subimisif.
Studi perkembangan
menurut perkembangan diferensial, ialah:
Pendekatan
diferensial sering kali digunakan bersamaan dengan pendekatan lain, terutama
dengan pandangan perkembangan klasikal, seperti yang dilakukan oleh Erikson. Pendekatan diferensial digunakan untuk
melengkapi teori yang berpandangan adanya diskontinyuitas maupun yang
menekankan adanya kontinyuitas dalam perkembangan. Kontinyuitas-Diskontinyuitas.
Ketika melihat hasil lintas tingkat usia, psikolog diferensial akan menekankan
pada apakah perbedaan sub-kelompok yang terdapat pada usia sebelumnya juga
terdapat pada tingkat usia setelahnya. Apabila terdapat keterkaitan antar
tingkat usia, maka dikatakan terdapat kontinuitas. Sebaliknya, apabila terdapat
perbedaan dari pola sebelumnya, maka dikatakan terdapat kontinuitas. Stabilitas-Instabilitas ialah terdapat
stabilitas dalam perkembangan apabila seseorang tidak mengalami perubahan
ranking relatif terhadap kelompok referensinya. Dengan demikian akan dikatakan
terjadi instabilitas apabila terjadi perubahan.
Menurut
Emerich (1968), dalam mengkaji perkembangan berdasar sudut pandang deferensial,
maka isu kontinuitas-diskontinuitas dan stabilitas-instabilitas tidak dapat
ditinggalkan. Dengan mengacu pada pendekatan diferensial, Emerich (1968) menyampaikan
hal sebagai berikut:
1. Kontinuitas
dan stabilitas dapat terjadi ketika berbagai faktor dan variabel didalamnya
tetap sama pada sub-kelompok, dari waktu 1 ke waktu 2, serta peringkat
individu-individu dalam sub-kelompok tersebut tidak mengalami perubahan yang
berarti.
2. Kontinuitas
dan instabilitas dapat terjadi ketika berbagai faktor serta variabel didalamnya
tetap sama pada sub-kelompok, dari waktu 1 ke waktu 2, namun peringkat
individu-individu dalam sub-kelompok tersebut mengalami perubahan.
3. Diskontinuitas
dan instabilitas dapat terjadi ketika berbagai faktor serta variabel didalamnya
mengalami perubahan pada sub-kelompok, dari waktu 1 ke waktu 2, demikian juga,
peringkat individu-individu dalam sub-kelompok tersebut mengalami perubahan.
Refrensi:
psysant.blogspot.com/2011/03/pendekatan-ipsatif.html
retno-psikolog.blogspot.com/2010/10/psikologi-psikodiagnostik.html
Semoga dengan blog yang saya buat
ini, saya dapat memberikan kontribusi untuk para pembaca blog saya, dan semoga
mas seta dosen saya, senang melihat dan membaca tugas yang saya buat ini mas, dan
mohon maaf apabila tugas saya ini kurang baik mas, dan saya terima kasih sebelumnya
mas dan para pembaca blog saya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDidalam comment saya ini, saya ingin memperbaikin tugas blog yang saya buat dan saya sedikit menjelaskan tentang kepribadian individu, semoga mas seta senang membacanya dan maaf mas kalau tugas comment saya kurang baik, makasi sebelumnya mas.
BalasHapusPsikodiagnostik adalah ilmu yang mempelajari dan mencari tahu perilaku individu, didalam psikodiagnostik individu itu sebagai subjek, dan dari individu itu kita akan melihat tingkah laku, fisik, dan intelegensinya. Kalau kita berbicara tentang individu, maka akan mencakup: kognitif→afektif→behaviour, Sebelum sampai kedalam cakupan diatas, maka kita akan mengukur pemikiran kita melalui 3 hal, yaitu:
persepi→sensasi→memori, dimana persepsi yang kita dapat lalu kita merasakan sensasi yang ada kemudian baru masuk ke memori dan disitulah kita berpikir mengenai sensasi yang kita rasakan. Dan dalam pengukuran kita, tidak akan terlepas dari kognitif dan afektif kita yang bekerja. Didalam kognitif kita cenderung melihat hal-hal dan fenomena yang ada, dan diafektif ialah adanya pengalaman.
Didalam psikodiagnostik pengukuran juga mencakup pada proses-proses masa lalu individu, yang dapat membantu mencari tahu sebak dan akibat yang terjadi pada individu, dan fisik juga dimasukan dalam pengukuran dipsikodiagnostik, karena fisik memperngaruhi perilaku individu.
Ketika kita membahas subjek dalam psikodiagnostik ialah individu, bearti kita tidak lepas dari perkembangan individu itu dan kepribadian individu itu terbentuk. Sedikit kita membahas tentang hal lain dari individu, ialah bagaimana kepribadian individu itu terbentuk, ada 2 pendekatan toeri Abraham Maslow dan Sigmund Freud, sebelum kita membahas 2 pendekatan teori itu, maka saya akan menjelaskan definisi kepribadian itu sendiri:
BalasHapus• Kepribadian adalah prganisasi dinamik dalam individu atas sistem-sistem psikosofis yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap lingkungan. Menurut, Allport (1937)
• Personality refers to those, characteristic of the pearson that account for consistent pattern of feeling, thinking, and behaving. Menurut, Pervin, carvon and john (2005)
Dengan pengertian diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa kepribadian itu terbentuk dari dasar penyesuaian kita, karena pembentukan kepribadian itu ialah melihat individu berkembang dari kecil hingga dewasa dan menjadi dia kepribadian yang baik pastinya. Dan itu tergantung dimana individu berkembang. Kita akan melihat pendekatan pertama teori dari Abraham Maslow.
• Abraham Maslow didalam bukunya Sarlito W Sarwono , memberikan kontribusi bagaimana manusia berkembang, berinteraksi dan memenuhi kehidupanya. Di teorinya sendiri Maslow berbicara bahwa manusia itu berkembang melalui interaksi antar individu dengan individu lainya. Dan manusia adalah kesatuan/ketunggalan mengalami, menghayati. Pada dasarnya manusia aktif, punya tujuan & harga diri. Maslow memandang manusia secara whole (menyeuluruh). Didalam Pandangan dasar Maslow: manusia pada dasarnya baik, atau setidaknya netral, bukan jahat ,sama dengan fisiknya, jiwa manusia juga memiliki kebutuhan-kebutuhan, yang pada dasarnya baikini yang mendasari perilakunya (motivasi). Maslow membuat 5 tingkatan untuk individu, yaitu:
1. Manusia dengan tingkatan dasar harus memenuhi kebutuhan fisiologisnya
2. Manusia dengan tingkatan kedua memenuhi kebutuhan rasa kemanan
3. Manusia dengan tingkatan ketiga memenuhi kebutuhan rasa cinta dan penerimaan
4. Manusia dengan tingkatan keempat memenuhi kebutuhan harga diri
5. Manusia dengan tingkatan terakhir memenuhi kebutuhan untuk mencapai aktualisasi diri, dimana ke 3 tingkatan awal harus terpenuhi dan kemudian mencapai aktualisasi diri untuk individunya.
• Sedangkan dalam teori Freud, beliau berbicara bahwa manusia itu adalah bereksplorasi pada ketidaksadaran dikepribadian nya. Hal-hal yang yang dingingkan oleh manusia itu paling besar berada di ketidaksadaran, makanya freud menggambarkan kepribadian manusia itu sebagai gunung es, dimana permukaan yang muncul itu bagian kecil, karena bagian yang besar ialah ketidaksadaran manusia itu sendiri yang berperan. Tingkatan kesadaran manusia ialah: ketidaksadaran, pra-kesadaran, kesadaran. Kemudian freud berbicara manusia itu mempunyai struktur kepribadian, yaitu:
BalasHapus1. Id
2. Ego
3. Super ego
Kesimpulan dari teori freud adalah manusia itu begitu penuh masalah dan itu disebabkan dorong-dorongan yang tidak terpenuhi sehingga direpres kedalam alam bawah sadar manusia.
Sumber refrensi:
• Dari perkuliahan psikodiagnostik I dengan dosen mas seta
• Buku berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh psikologi, sarlito W Sarwono, terbitan Bulan bintang.
• Buku teori kepribadian (theories of personality), edisi 7, Jess feist & Gregory j.feist.terbitan salemba humanika.
mas maaf saya membuat comment lebih dari satu karena, kalau semua nya tidak cukup dalam satu comment mas.. makasi mas seta