Sabtu, 08 Maret 2014

Psikodiagnostik dan psi diferensial


                                                                           
PSIKODIAGNOSTIK DAN PSIKOLOGI DIFERENSIAL

DEFENISI PSIKODIAGNOSTIK 
Istilah psikodiagnostik pertama sekali oleh Hermann Rorschach pada tahun 1921. Para psikolog banyak sekali memberi pengertian psikodiagnostik itu sendiri. Dari berbagai pengertian psikodiagnostik, ada dua hal defenisi yang kami ambil;
1.       Disiplin ilmu yang mengaplikasikan dan mengembangkan pengukuran untuk menilaikarakteristik yang sesuai tentang seseorang, situasi, lembaga dan berbagai objek lain.
2.       Menurut kamus psikologi,psikodiagnostik adalah studi mengenai kepribadian lewat penafsiran terhadap tanda-tanda tingkah laku, cara berjalan, gerak isyarat, sikap dan penampilan wajah, dst.

Ada empat cara teknik dan prosedur yang digunakan dalam  pikodiagnostik, yaitu :
1.       Wawancara, terjadi pertukaran pandangan dan informasi antara pendiagnosa dan klien. dalam  wawancara akan membangun suatu komunikasi baik verbal maupun nonverbal pada klien tersebut. Ada beberapa cara dalam wawancara yaitu: isi pertanyaan wawancara,respon yang baik diberikan kepada kline, umpan balik dalam memperoleh yang kita kehendaki.
2.       Observasi, kegiatan mengenali tingkahlaku individu yang biasanya akan diakhiri denganmencatat hal-hal yang dipandang penting sebagai penunjang informasi mengenai klien.  Didalam observasi memiliki kelemahan, yaitu: Halo efek, Hawthorn effect dan Refleksi observer.
3.       Buku harian atau diary, biasanya dipakai sebagai tempat pencurahan  hal-hal yang positif dan negatif. Asumsi untuk menganalisis diary adalah bahwa subjek akan  mencatat segala hal yang  ia anggap penting dan juga rahasia, mengenai satu atau lebih fase kehidupannya dan peristiwa yang dialaminya.
4.       Tes psikologi adalah  pertanyaan-pertanyaan yg harus dijawab dan atau perintah-perintah  yang  harus dijalankan, dan berdasarkan atas bagaimana teste itu  menjawab pertanyaan dan atau melakukan perintah penyelidiki dapat mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dg standart atau dg testee yg lain.

SYARAT TES YANG BAIK : Valid, Reliabel, Distandardisasi,  Obyektif,  Diskriminatif,  Komprehensif  dan Mudah digunakan.


Proses dalam Psikodiagnostik, meliputi 2 hal yaitu:
1.       Proses informal, melalui pandangan seseorang menilai individu dalam kesehariannya dan biasanya terjadi kesalahpahaman  (kesan).
2.       Proses formal, melalui kegiatan yang sistematis dan terarah sehingga diperoleh data yangobjektif dan akurat.


PENDEKATAN DIFERENSIAL:
Pendekatan diferensial merupakan sistem yang bersifat empiris, bukannya teoritis. Fokus utama pendekatan diferensial adalah mencari tahu bagaimana orang dapat dikelompokkan ke dalam sub-kelompok dalam perkembangannya. Pengelompokan tersebut dapat dilakukan berdasarkan atribut status dan atribut perilaku. Pengelompokan yang berdasarkan atribut status misalnya berdasarkan usia, jenis kelamin, dan ras. Pengelompokan demikian tentu saja sama sekali tidak tidak bersifat psikologis. Pembedaan yang bersifat psikologis adalah yang didasarkan pada atribut behavioral. Atribut perilaku dapat dilihat dalam dimensi behavioral atau psikologis bipolar. Contohnya: ekstroversi-introversi, dominan-submisif, agresif-pasif, tingkat aktivitas tinggi-tingkat aktivitas rendah, independen-dependen, trust-mistrust, dsb. Pada kenyataannya atribut behavioral bersifat kontinum yang memiliki sifat atau karakteristik yang saling berlawanan pada masing-masing ujungnya. Psikologi diferensial membagi individu ke dalam dua kelompok berdasarkan masing-masing atribut behavioral tersebut. Dengan demikian seorang individu akan digolongkan sebagai ekstrovert atau introvert, dominan atau submisif.

Tujuan psikolog menggunakan pendekatan diferensial dalam studi tentang perkembangan psikologis adalah untuk mengetahui berbagai jenis sub-kelompok pada atribut status dan perilakunya. Para psikolog menentukan beberapa atribut tersebut untuk lebih jauh meneliti diferensiasi dalam pola perkembangannya. Dengan demikian, antara lain, akan dapat diperoleh jawaban bagaimana perbedaan perkembangan antara laki-laki dan perempuan pada usia remaja mereka. Dan selanjutnya akan mendapatkan jawaban bahwa laki-laki lebih dominan perkembanganya, sedangkan perempuan lebih subimisif.
Studi perkembangan menurut perkembangan diferensial, ialah:
Pendekatan diferensial sering kali digunakan bersamaan dengan pendekatan lain, terutama dengan pandangan perkembangan klasikal, seperti yang dilakukan oleh Erikson.  Pendekatan diferensial digunakan untuk melengkapi teori yang berpandangan adanya diskontinyuitas maupun yang menekankan adanya kontinyuitas dalam perkembangan. Kontinyuitas-Diskontinyuitas. Ketika melihat hasil lintas tingkat usia, psikolog diferensial akan menekankan pada apakah perbedaan sub-kelompok yang terdapat pada usia sebelumnya juga terdapat pada tingkat usia setelahnya. Apabila terdapat keterkaitan antar tingkat usia, maka dikatakan terdapat kontinuitas. Sebaliknya, apabila terdapat perbedaan dari pola sebelumnya, maka dikatakan terdapat kontinuitas.  Stabilitas-Instabilitas ialah terdapat stabilitas dalam perkembangan apabila seseorang tidak mengalami perubahan ranking relatif terhadap kelompok referensinya. Dengan demikian akan dikatakan terjadi instabilitas apabila terjadi perubahan.
Menurut Emerich (1968), dalam mengkaji perkembangan berdasar sudut pandang deferensial, maka isu kontinuitas-diskontinuitas dan stabilitas-instabilitas tidak dapat ditinggalkan. Dengan mengacu pada pendekatan diferensial, Emerich (1968) menyampaikan hal sebagai berikut:
1.       Kontinuitas dan stabilitas dapat terjadi ketika berbagai faktor dan variabel didalamnya tetap sama pada sub-kelompok, dari waktu 1 ke waktu 2, serta peringkat individu-individu dalam sub-kelompok tersebut tidak mengalami perubahan yang berarti.
2.       Kontinuitas dan instabilitas dapat terjadi ketika berbagai faktor serta variabel didalamnya tetap sama pada sub-kelompok, dari waktu 1 ke waktu 2, namun peringkat individu-individu dalam sub-kelompok tersebut mengalami perubahan.
3.       Diskontinuitas dan instabilitas dapat terjadi ketika berbagai faktor serta variabel didalamnya mengalami perubahan pada sub-kelompok, dari waktu 1 ke waktu 2, demikian juga, peringkat individu-individu dalam sub-kelompok tersebut mengalami perubahan.





Refrensi:
 psysant.blogspot.com/2011/03/pendekatan-ipsatif.html
 retno-psikolog.blogspot.com/2010/10/psikologi-psikodiagnostik.html


Semoga dengan blog yang saya buat ini, saya dapat memberikan kontribusi untuk para pembaca blog saya, dan semoga mas seta dosen saya, senang melihat dan membaca tugas yang saya buat ini mas, dan mohon maaf apabila tugas saya ini kurang baik mas, dan saya terima kasih sebelumnya mas dan para pembaca blog saya.

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Didalam comment saya ini, saya ingin memperbaikin tugas blog yang saya buat dan saya sedikit menjelaskan tentang kepribadian individu, semoga mas seta senang membacanya dan maaf mas kalau tugas comment saya kurang baik, makasi sebelumnya mas.
    Psikodiagnostik adalah ilmu yang mempelajari dan mencari tahu perilaku individu, didalam psikodiagnostik individu itu sebagai subjek, dan dari individu itu kita akan melihat tingkah laku, fisik, dan intelegensinya. Kalau kita berbicara tentang individu, maka akan mencakup: kognitif→afektif→behaviour, Sebelum sampai kedalam cakupan diatas, maka kita akan mengukur pemikiran kita melalui 3 hal, yaitu:
    persepi→sensasi→memori, dimana persepsi yang kita dapat lalu kita merasakan sensasi yang ada kemudian baru masuk ke memori dan disitulah kita berpikir mengenai sensasi yang kita rasakan. Dan dalam pengukuran kita, tidak akan terlepas dari kognitif dan afektif kita yang bekerja. Didalam kognitif kita cenderung melihat hal-hal dan fenomena yang ada, dan diafektif ialah adanya pengalaman.
    Didalam psikodiagnostik pengukuran juga mencakup pada proses-proses masa lalu individu, yang dapat membantu mencari tahu sebak dan akibat yang terjadi pada individu, dan fisik juga dimasukan dalam pengukuran dipsikodiagnostik, karena fisik memperngaruhi perilaku individu.

    BalasHapus
  3. Ketika kita membahas subjek dalam psikodiagnostik ialah individu, bearti kita tidak lepas dari perkembangan individu itu dan kepribadian individu itu terbentuk. Sedikit kita membahas tentang hal lain dari individu, ialah bagaimana kepribadian individu itu terbentuk, ada 2 pendekatan toeri Abraham Maslow dan Sigmund Freud, sebelum kita membahas 2 pendekatan teori itu, maka saya akan menjelaskan definisi kepribadian itu sendiri:
    • Kepribadian adalah prganisasi dinamik dalam individu atas sistem-sistem psikosofis yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap lingkungan. Menurut, Allport (1937)
    • Personality refers to those, characteristic of the pearson that account for consistent pattern of feeling, thinking, and behaving. Menurut, Pervin, carvon and john (2005)
    Dengan pengertian diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa kepribadian itu terbentuk dari dasar penyesuaian kita, karena pembentukan kepribadian itu ialah melihat individu berkembang dari kecil hingga dewasa dan menjadi dia kepribadian yang baik pastinya. Dan itu tergantung dimana individu berkembang. Kita akan melihat pendekatan pertama teori dari Abraham Maslow.
    • Abraham Maslow didalam bukunya Sarlito W Sarwono , memberikan kontribusi bagaimana manusia berkembang, berinteraksi dan memenuhi kehidupanya. Di teorinya sendiri Maslow berbicara bahwa manusia itu berkembang melalui interaksi antar individu dengan individu lainya. Dan manusia adalah kesatuan/ketunggalan mengalami, menghayati. Pada dasarnya manusia aktif, punya tujuan & harga diri. Maslow memandang manusia secara whole (menyeuluruh). Didalam Pandangan dasar Maslow: manusia pada dasarnya baik, atau setidaknya netral, bukan jahat ,sama dengan fisiknya, jiwa manusia juga memiliki kebutuhan-kebutuhan, yang pada dasarnya baikini yang mendasari perilakunya (motivasi). Maslow membuat 5 tingkatan untuk individu, yaitu:
    1. Manusia dengan tingkatan dasar harus memenuhi kebutuhan fisiologisnya
    2. Manusia dengan tingkatan kedua memenuhi kebutuhan rasa kemanan
    3. Manusia dengan tingkatan ketiga memenuhi kebutuhan rasa cinta dan penerimaan
    4. Manusia dengan tingkatan keempat memenuhi kebutuhan harga diri
    5. Manusia dengan tingkatan terakhir memenuhi kebutuhan untuk mencapai aktualisasi diri, dimana ke 3 tingkatan awal harus terpenuhi dan kemudian mencapai aktualisasi diri untuk individunya.

    BalasHapus
  4. • Sedangkan dalam teori Freud, beliau berbicara bahwa manusia itu adalah bereksplorasi pada ketidaksadaran dikepribadian nya. Hal-hal yang yang dingingkan oleh manusia itu paling besar berada di ketidaksadaran, makanya freud menggambarkan kepribadian manusia itu sebagai gunung es, dimana permukaan yang muncul itu bagian kecil, karena bagian yang besar ialah ketidaksadaran manusia itu sendiri yang berperan. Tingkatan kesadaran manusia ialah: ketidaksadaran, pra-kesadaran, kesadaran. Kemudian freud berbicara manusia itu mempunyai struktur kepribadian, yaitu:
    1. Id
    2. Ego
    3. Super ego
    Kesimpulan dari teori freud adalah manusia itu begitu penuh masalah dan itu disebabkan dorong-dorongan yang tidak terpenuhi sehingga direpres kedalam alam bawah sadar manusia.


    Sumber refrensi:
    • Dari perkuliahan psikodiagnostik I dengan dosen mas seta
    • Buku berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh psikologi, sarlito W Sarwono, terbitan Bulan bintang.
    • Buku teori kepribadian (theories of personality), edisi 7, Jess feist & Gregory j.feist.terbitan salemba humanika.


    mas maaf saya membuat comment lebih dari satu karena, kalau semua nya tidak cukup dalam satu comment mas.. makasi mas seta

    BalasHapus