Tes – tes untuk
Populasi Khusus
Tes populasi khusus adalah tes mengukur populasi dengan
kebutuhan yang sama, seperti anak-anak, orang tua terdapat kelompok-kelompok
didalamnya. Tes-tes kelompok digunakan terutama dalam sistem pendidikan,
pegawai negeri, industri, dan dinas militer.
Kurva memiliki daerah
normal dan abnormal. Dalam kehidupan ada yang umum dan ada yang khusus. Dalam
psikologi terdapat populasi khusus. Populasi khusus adalah sekelompok orang
yang memiliki kekhususan dalam hal tertentu. Tes untuk populasi khusus mengukur
populasi dengan kebutuhan yang sama seperti anak-anak, orang tua, normal dan
tidak normal. Hal ini dilihat dari kelompok usia dan kelompok kurva. Selain itu
terdapat kelompok tertentu yang menggunakan tes untuk kelompok tertentu saja
Perbedaan khusus dalam rancangan tes ini adalah tes kelompok
khusus menggunakan butir soal multipilihan. Dalam tes-tes kelompok,
soal-soal dengan isi (content) yang sama diatur sesuai dengan tingkatan
kesulitan dalam tes terpisah berdasarkan waktu (timed).
Keuntungan dari pengetesan kelompok adalah Tes-tes ini
dirancang terutama sebagai alat pengetesan missal, tes kelompok digunakan
secara simultan bagi sebanyak mungkin orang yang benar-benar bisa disesuaikan
dengan ruang yang tersedia dan jangkauan suara mikrofon.
Adapun kerugian dari pengetesan kelompok, dalam pengetesan
kelompok penguji memiliki peluang yang jauh lebih kecil untuk berhubungan,
bekerja sama, dan mempertahankan minat peserta tes. Kondisi sementara peserta
tes, seperti sakit, lelah, risau, cemas, yang bisa mempengaruhi kinerja tes
kurang terdeteksi dalam pengetesan kelompok. Tes-tes kelompok memberikan
sedikit atau sama sekali tidak, hanya memberikan peluang untuk observasi
langsung atas perilaku peserta tes atau untuk mengidentifikasi sebab munculnya
kinerja yang khas.
Tes
pada dasarnya merupakan suatu pengukuran yang obyektif dan standar terhadap sampel
perilaku (Anastasi, 1976). Brown (1976)
mengatakan bahwa tes adalah prosedur yang sitematik guna mengukur sampel
perilaku seseorang. Menurut Cronbach
(1970) prosedur sistematik adalah untuk meneliti perilaku seseorang dan menggambarkannya
dengan tujuan dari skala numerikal atau sistem
kategori.
Empat
kategori utama bisa dikenal dari sudut pandang : tes – tes untuk tingkat bayi
dan tingkat prasekolah ; tes – tes yang digunakan untuk penaksiran
komprehensifnatas orang – orang yang mentalnya terbelakang ; tes – tes untuk
orang dengan aneka ragam kekurangan indrawi dan motorik , dan tes – tes yang
dirancang untuk digunakan melintasi berbagai kultur atau subkultur.
A.
Pengetesan Bayi dan Anak-Anak Prasekolah
Sejumlah
anak taman kanak-kanak bisa di tes dalam kelompok-kelompok kecil dengan jenis
tes yang disusun untuk tingkat-tingkat dasar. Kebanyakan tes untuk anak-anak
dibawah umur 6 tahun adalah tes kinerja atau tes lisan. Sedikit tes saja yang
menuntut pemakaian dasar kertas dan pensil. Lazim untuk membagi lima tahun
pertama menjadi masa bayi dan masa prasekolah.
Ø Sejak lahir sampai umur mendekati 18
bulan
Ø Dari 18 sampai 60 bulan
Dari
sudut pandang penyelenggaraan tes, seharusnya diperhatikan juga bahwa seorang
bayi harus tes sambil tiduran, dipangku oleh seseorang atau digendong. Banyak
dari tes-tes ini menyangkut perkembangan sensori-motori, seperti
didemonstrasikan oleh kemampuan bayi mengangkat kepala, berbalik, meraih dan
memegang objek, dan mengikuti objek yang bergerak dengan matanya. Di pihak
lain, anak prasekolah bisa berjalan, duduk di meja, menggunakan tangannya untuk
memanipulasi objek tes, dan berkomunikasi dengan bahasa. Pada tingkat
prasekolah, anak itu juga jauh lebih responsif terhadap penguji sebagai
pribadi, sementara untuk bayi si penguji pertama-tama berfungsi untuk
menyediakan objek stimulus. Pengetesan prasekolah adalah proses yang jauh lebih
antarpribadi (segi yang menambah, baik kesempatan maupun kesulitan yang
disajikan oleh situasi tes).
Skala-skala
khusus yang diranjang untuk anak-anak dan masa kanak-kanak awal serta mewakili
berbagai pendekatan:
Ø Skala Wechsler
Ø Skala Stanford-Binet
Ø Skala Kaufman
Ø Skala kemampuan diferensial
Skala-skala
ini digunakan dalam penilaian anak-anak prasekolah, karena tes-tes ini mencakup
masa 2 sampai 6 tahun selain untuk umur-umur lebih tua.
Ø Latar
Belakang Sejarah Pengetesan Bayi dan Anak-Anak Prasekolah
Salah
satu dari usaha-usaha sistematik paling awal untuk memahami perkembangan
anak-anak bayi normal dan prasekolah dibuat dalam serangkaian studi longitudinal
oleh Arnold Gesell dan rekan-rekannya di Yale (Ames, 1989). Telaah-telaah ini,
yang seluruhnya memakan waktu emapat dasawarsa. (Gesell et al, 1940) merupakan
usaha rintisan untuk memberikan metode yang sistematis dan empiris untuk
menaksir perkembangan perilaku anak-anak kecil. Kebanyakan data diperoleh
melalui observasi langsung atas respons-respons anak terhadap mainan standar
dan objek-objek stimulus lain serta dilengkapi dengan informasi yang disedikan
oleh orang tua atau pengasuh utama lainnya.
Dasawarsa
1960-an sampai 1990-an tampak adanya kebangkitan minat terhadap tes untuk bayi
dan anak-anak prasekolah. Faktor yang beperan dalam kebangkitan minat ini
adalah:
Ø Perluasan cepat program-program
pendidikan untuk anak-anak yang keterbelakangan mental
Ø Perkembangan luas program-program
prasekolah dari pendidikan kompensatoris untuk anak-anak yang secara kultural
tidak beruntung
Ø Serangkaian mandat legislatif yang
ditujukan pada identifikasi dan remediasi secara dini semua jenis
ketidakmampuan jasmani dan mental, baim pada anak-anak prasekolah maupun pada
bayi.
- Tes-Tes yang Dibakukan Untuk Perkembangan Masa Kanak-Kanak Awal
Ø Skala-skala Bayley untuk
Perkembangan Bayi
Tes
yang tersusun dengan amat baik untuk tingkat usia paling dini adalah skala
Bayley untuk perkembangan bayi. Skala-skala Bayley-II memberikan tiga alat
komplementer untuk menilai status perkembangan anak di antara umur 1 bulan dan
31/2 tahun:Mental Scale
Skala
mental mengambil sampel, misalnya ketajaman sensorik dan perseptual, memori,
proses belajar, pemecahan masalah, vokalisasi, permulaan komunikasi verbal, dan
pemikiran abstrak yang mendasar.
- Motor Scale
Skala
motor melakukan pengukuran kemampuan motorik yang besar, misalnya duduk,
berdiri, berjalan dan menaiki tangga, seperti halnya juga keterampilan
manipulasi tangan dan jari; soal-soal yang menilai integrasi sensorik dan
perseptual-motorik juga termasuk dalam skala motor ini.
- Behavior Rating Scale
Skala
peringkat perilaku dirancang untuk menaksir berbagai aspek perkembangan
kepribadian, seperti perilaku emosional dan sosial, rentang dan pembangkitan
perhatian, ketekunan dan keterarahan pada sasaran.
Bayley
mengamati bahwa skala-skalanya, seperti semua tes bayi, seharusnya digunakan,
terutama untuk menaksir status perkembangan dewasa inidaripada untuk
memprediksi tingkat-tingkat kemampuan selajutnya. Perkembangan kemapuan pada
usia dini ini rentan terhadap begitu banyak pengaruh yang mengganggu sehingga
memberikan prediksi yang bernilai kecil. Aylward (1995) telah mempersiapkan
Bayley Infant Neurodevelopmental Screener (BINS), pengukuran yang dirancang
untuk dengan cepat menilai anak-anak dari 3 samapi 24 bulan dengan cepat, dengan
menggunakan kombinasi antara 11 dan 13 soal dri Bayley-II dan tes-tes
neurologis lain.
Ø Skala-skala
McCarthy Untuk Kemampuan Anak-Anak
Pada
tingkat prasekolah, instrumen yang tersusun dengan baik adalah McCarthy
Scales Of Children’s Abilities (MSCA-McCarthy,1972), yang sesuai bagi
anak-anak berumur antara 21/2 dan 81/2 tahun. Skala ini
terdiri dari 18 tes, tes-tes ini dikelompokkan ke dalam 6 skala yang
tumpang-tindih:
1. Verbal
2. Kinerja-Perseptual
3. Kuantitati
4. Kognitif Umum, yang didasarkan pada
15 dari 18 tes dalam kumpulan tes, paling dekat dengan pengukuran global
tradisional atas perkembangan intelektual.
5. Memori
6. Motor
Ø Skala-Skala
Piagetian
Meskipun
dapat diterapkan lebih daripada tingkat prasekolah, skala-skala ini dimodelkan
pada teori-teori perkembangan Jean Piaget yang sejaih ini diterapkan kebanyakan
dalam masa kanak-kanak awal. Sumbangan utama skala-skala Piagetian pada
pengetesan psikologis untuk anak-anak ada pada kemampuan skala-skal itu untuk
memberikan kerangka teoritis yang berfokus pada urutan perkembangan dalam
proses berpikir dan prosedur penaksiran yang dicirikan oleh kelenturan dan
interpretasi kualitatif.
Pada
dasarnya, skala Piagetian itu ordinal dalam pengertian bahwa skala-skala itu
mengandaikan urutan seragam dari perkembangan melalui tahap-tahap berurutan.
Tahap-tahap ini, yang merentang dari periode sejak bayi samapi masa remaja dan
seterusnya, disebut sebagai tahap sensorimotor, pra-operasional,
konkret-operasional dan formal-operasional. Tugas-tugas Piagetian berfokus pada
perkembangan jangka panjang dari konsep-konsep tertentu atau skemata kognitif
dan bukan pada sifat yang luas. Objek utama dari skala-skala Piagetian adalah
mendapatkan penjelasan anak untuk peristiwa yang diamati dan alsan-alasan yang
mendasari penjelasannya. Skoring secara khusus didasarkan pada kualitas
respons-respons terhadap sejumlah kecil situasi masalah yang disajikan pada
anak itu dan bukan pada jumlah atau kesulitan soal-soal yang berhasil
diselesaikan. Penguji lebih konsentrasi pada proses pemecahan masalah daripada
produk. Tes tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori:
- Skala-skala Ordinal untuk bayi
- Tugas-tugas yang dirancang untuk menilai pencapaian tahap-tahap pra-operasional, konkret operasional dan formal operasional.
Ordinal
Scales of Psychological Development dipersiapkan oleh Uzgiris dan Hunt (1975)
dan juga dikenal sebagai Infant Psychological Development Scales. Skala-skala
ini dirancang untuk menilai pencapaian kemampuan kognitif antara umur 2 minggu
dan 2 tahun. Umur-umur ini mencakup apa yang oleh Piaget dicirikan sebagai masa
sensorimotorik yang di dalam terdapat 6 tingkat. Dalam rangka meningkatkan
kepekaan instrumen mereka, Uzgiris dan Hunt mengklasifikasikan respons-respons
ini ke dalam lebih daripada 6 tingkat, jumlahnya bervariasi dari 7 sampai 14
dalam skala yang berbeda. Rangkaian ini mencakup 6 skala. Yang dinamakan
sebagai berikut:
1. Permanensi Objek: pengertian yang
muncul dari anak terhadap objek-objek yang secar independen ada, diindikasikan
oleh tindakannya mengikutiobjek dengan matanya dan usahanya mencari objek
setelah objek itu disembunyikan secara semakin lama semakin sulit.
2. Perkembangan Sarana: untuk mencapai
tujuan lingkungan yang disukai – anak menggunakan tangan dan sarana-sarana
lain, misalnya tali, tongkat, alat penunjang dan sebagainya dalam upaya
menggapai objek
3. Imitasi: mencakup peniruan gerak
tubuh maupun suara.
4. Kausalitas Operasional: anak menangkap dan
beradaptasi dengan kausalitas objektif, seperti ditunjukan oleh respons yang
menentang dari secara visual melihat tangannya menjalankan perilaku yang
dikehendaki dari seorang manusia dan menggerakkan mainan mekanisme.
5. Hubungan-hubungan objek dalam ruangan: anak
mengkoordinasikan skemata melihat dan mendengar untuk melokalisasi objek dalam
ruangan dan memahami hubungan-hubungan seperti itu sebagai wadah, keseimbangan
dan gravitasi.
6. Perkembangan Skemata: untuk
berhubungan dengan objek – anak memberikan respons terhadap objek dengan
melihat, merasa, memanipulasi, menjatuhkan, melempar dan sebagainya dan dengan
cara sosial mendorong skemata yang sesuai untuk objek-objek tertentu.
Skala-skala ini aslinya dirancang untuk mengukur efek dari
kondisi lingkungan yang khusus pada laju dan jalannya perkembangan bayi.
Contoh
kedua dari instrumen Piagetian yang dibicarakan adalah Concept Assessment Kit –
Conservation (CAK). Dirancang untuk anak-anak yang berumur 4 sampai 7 tahun,
tes ini memberikan pengukuran atas salah satu dari konsep-konsep Piagetian yang
terkenal. Konservasi merujuk pada kesadaran anak bahwa sifat-sifat objek
seperti berat, isi, dan jumlah tetap tak berubah ketika objek itu menjalani
transformasi dalam bentuk, posisi, rupa atau atribut-atribut lain. (Goldschmid
& Bentler, 1968) berfokus pada konservasi sebagai indikator transisi anaka
dari tahap pra-operasional ke tahap konkret-operasional dari proses berpikir,
yng ditempatkan oleh Piaget secara kasar pada umur 7 atau 8 tahun.
Disepanjang
tes ini, prosedur pada dasarnya sama. Anak dihadapkan pada dua objek yang sama,
kemudian penguji melakukan perubahan tertentu pada salah satu objek itu dan
menanyai anak tentang keasaam atau perbedaannya. Setelah menjawab, anak itu
diminta untuk menjelaskan jawabannya. Dalam tiap soal, satu poin skor untuk
penilaian ekuivalen yang tepat dan satu poin untuk penjelasan yang dapat
diterima.
Ø Evaluasi
atas pendekatan Piagietian
Masih
ada kontroversi tentang dasar teoritis dan empiris, menyangkut pendekatan
Piagietian terhadap perkembangan kognitif. Hambatan utama yang ditemukan dalam
mengidentifikasikan tahap-tahap melalui skala-skala ordinal adlah apa yang oleh
para peneliti Piagietian disebut decalage atau inkonsistensi dalam rangkaian
yang diantisipasi.
Skala-skala
Piagietian ternyata mempunyai korelasi substansial dengan tes-tes inteligensi
yang dibakukan(Gottfried & Brody, 1975; Kaufman, 1971; Sexton, 1987) dan
berkorelasi dengan tes inteligensi kelompok (Kaufman & Kaufma, 1972).
Skala-skala Piagetian lebih sulit dilaksanakan dan membutuhkan lebih banyak
waktu, terapi, terutama ketika diintegrasikan dengan pengukuran berujukan-norma
dan berujukan-domain, skala Piagetian menghasilkan gambaran yang lenih kaya
tentang apa yang bisa dilakukan anak dan bagaimana ia melakukannya (D. Sexton,
1990).
Dalam
kenytaannya, sekarang ada sejumlah pendekatan inovatif, yang secara
bersama-sama diberi nama “neo-Piagetian” yang mengangkat persoalan-persoalan
yang menyangkut perkembangan kognitif dari perspektif yang dipengaruhi samapai
tingkat tertentu yang berbeda-beda oleh teori Piaget dan oleh sudut pandang
pemrosesan informasi (Bellin & Pufall, 1992; Demetriou, 1988).
Dalam
bidang penaksiran, sejumlah peneliti neo-piagetian memadukan berbagai
pendekatan dinamis dan menggunaka proses belajar terperantara dalam cara
terformalisasi untuk berusaha mengevaluasi kapasitas mental dengan sesedikit
mungkin mengandalkan basis pengetahuan terdahulu individu yang bersangkutan
(Pascual-Leone & Ijaz, 1991).
Ø Kecenderungan
Dewasa ini dalam Penilaian Bayi dan Masa Kanak-Kanak Dini
Secara
historis, validitas tes terutama hubungkan dengan kriteria diferensiasi umur
dan korelasi dengan kinerja akademik. Untuk bayi, kemampuan yang berarti telah
diukur hampir secara eksklusif dengan membandingkan hasil-hasil mereka dengan
norma-norma umur yang sama pada rentang tugas yang tercakup dalam skala
perkembangan, misalnya skala Bayley, akan tetapi, usaha-usaha kemasyarakatan
belakangan ini untuk mengidentifikasikan dan memulihkan kembali defisit
menuntut agar alat-alat yang dirancang untuk menilai fungsi kognitif pada bayi
memiliki kekuatan prediktif.
Salah
satu dari pendekatan baru yang menarik adalah pengukuran atas keterampilan
pemrosesan informasi, misalanya Fagan Test Of Infant Intelligence (Fagan,1992;
Fagan & Detterman, 1992). Pada pendekatan ini didasarkan pada temuan atas
kesenangan bayi akan hal-hal baru yang pada gilirannya memungkinkan telaah atas
kemampuan mereka dalam melakukan abstraksi dan mempertahankan informasi. Tes
Fagan, yang dirancang untuk mealkukan diferensiasi antara anak-anak normal dan
anak-anak dengan kekurangan kognitif, menilai perhatian visula selektif
terhadap hal-hal baru pada bayi dari usia 3 sampai 12 bulan. Stimulinya adalah
gambar-gambar wajah, dan “skor” nya didasarkan pada jumlah waktu yang
diluangkan bagi gambar-gambar baru yang dibedakan dari gambar-gambar yang sudah
dikenal. Semakin banyak diakui juga kenyataan bahwa, agar intervensi bisa
efektif, penilaian atas anak-anak kecil harus komprehensif, akurat dan valid.
Infant-Toddler
Developmental Assessment (IDA) yang didasarkan pada pekerjaan yang dilakuak
oleh kelompok multidisipliner yang terdiri dari para spesialis anaka (Provence,
Erikson< vater & Palmeri, 1995a, 1995b, 1995c). IDA pada dasarnya adalah
kerangka kerja yang menuntun proses tim mengidentifikasi anak-anak, semenjak
lahir samapi 3 tahun, yang punya risiko mengalami penundaan dalam perkembangan.
Prosedur-prosedurnya mencakup keterlibatan orang tua melalui tiap fase,
tinjauan kesehatan, dan penilaian perkembangan yang didasarkan pada observasi
dan wawancara dengan orang tua dan pihak-pihak lain yang memberikan perhatian.
IDA
dan sistem-sistem lain yang menyerupainya telah dirancang unutk memenuhi
kritik-kritik yang diarahkan pada praktik yang terlalu berlebihan
mengandalak tes-tes inteligensi dan jika diimplementasikan secara tepat,
bisa terbukti memiliki nilai praktis yang besar. Seharusnya, dicatat juga bahwa
penggunaan IDA tidak menyingkirkan penggunaan pengukuran tradisional atas
fungsi kognitif atau imstrumen lain apa pun untuk maksud-maksud itu, misalnya
mengukur posisi relatif seorang anak di kalangan teman-teman sebaya, tempat
mereka benar-benat diperlukan.
- Mengetes Penyandang Cacat Jasmani
Syarat
pendidikan yang sesuai untuk semua anak cacat jasmani di cakup oleh
Indivuduals with Disabilities Education Act. Syarat-syarat Civil Rights umum
yang dimandatkan untuk minoritas lain di perluas untuk mencakup
orang–orang yang memiliki
ketidak
mampuan jasmani. Perundangan ini melarang dalam bisang-bidang pendidikan
praktik memeprkerjakan orang, akses pada fasilitas jasmani, pendidikan
prasekolah, dasar dan menengah,pendidikan menengah atau, kesehatan,
kesejahteraan, dan pelayanan social. Jalan utama untuk menangani tes semacam
itu meliputi (1) modifikasi medium pengetesan, batas waktu, dan isi tes yang
ada; (2) penilaian klinis yang disesuaikan dengan individu bersangkutan, yang
memadukan skor-skor tes dengan sumber-sumber data lain dari sejarah
biografis, wawancara dan penilaian atas pengamat kehidupan sehari-hari yang
mendapat informasi secukupnya.
Educational
Testing Service menggunakan versi standard dan nonstandard dari College Board
SAT dan GRE General Tes dengan empat kelas pelamar cacat, yaitu kerusakan
pendengaran, kerusakan penglihatan, ketidakmampuan belajar dan kerusakan fisik
(Willingham, et al., 1988). Karaketiristik-karakteristik psikometris
yang diselidiki mencakup reliabilitas, fungsi soal diferensial, struktur
factor, dan indeks-indeks validitas lain terkait dengan tingkat kinerja dan
kekuatan prediksi; isi tes, penentuan waktu, dan akomodasi. Masalah-masalah dan
prosedur pengetesan khusus dengan rujukan pada tiga kategori utama
ketidakmampuan jasmani, yaitu penedengaran, penglihatan, dam motorik.
Ø Kerusakan Pendengaran
Anak-anak
dengan kerusakan pendengaran biasanya di rugikan oleh tes-tes verbal dan
bila isi verbal dipresentasikan secara visual. Tetapi dengan kemajuan
akhir-akhir ini penialian fungsi pendengaran telah
mendiagnosis kerusakan pendengaran secara akurat dan memulai pemulihan saat
bayi berusia beberapa bulan (Shah & Boyden, 1991). Pengetesan anak-anak
tuna rungu adalah sasaran primer dalam pengembangan skala kinerja paling awal,
seperti Pintner-Paterson Perfomance Scale dan Arthur Performance Scale.
Tes verbal digunakan jika pertanyaan lisan diketik pada kartu. Pada
tingkatan yang lebih dasar,
Hiskey-Nebraska Test of Learning Aptitude (Hiskey, 1966) dikembangkan dan
dibakukan pada anak-anak tuli dan sulit mendengar. Ini tes individual yang
cocok untuk umur 3 sampai 17. Hiskey-Nebraska memiliki reliabilitas dan bukti
validitas memadai dan dipandang sebagai salah satu tes terbaik untuk digunakan
pada anak-anak kerusakan pendengaran (Sullivan & Burley, 1990).
Ø Kerusakan Penglihatan
Teknik-teknik
pengetesan lain yang sesuai telah digunakan, misalnya dengan tape recorder.
Tes-tes seperti College Board Scholastic Assessment Test (SAT) juga
dalam format tipe besar atau huruf Braille. Contoh paling awal tentang tes
intelegensi umum yang tealh di adaptasi untuk para tunanetra adalah tes binet.
Profil Wechsler atas anak-anak dengan kerusakan penglihatan telah menunjukkan
pola yang sama melintasi berbagai telaah; hasilnya menunjukkan bahwa komposisi
factorial tugas berbeda untuk mereka disbanding untuk anak penglihatan normal.
Meskipun IQ tak dianggap sebagai ukuran akurat seluruh fungsi kognitif anak
dengan kerusakan penglihatan, dalam tangan penguji skala Wechsler bias
menyediakan informasi diagnostic yang berguna dengan kekuatan dana kelemahan
anak-anak. Untuk anak-anak kerusakan penglihatan mempunyai contoh terbaik yaitu
Blind Learning Aptitude test (BLAT), adalah tes yang
diselenggarakan secara individual, yang memasukkan soal-soal yang diadaptasi
tes-tes lain, misalnya Raven’s Progressive Matrices, dan soal-soal nonverbal
lain, serta mempresentasikannya dalam suatu formal yang timbul.
Ø Kerusakan Motorik
Ketidakmampuan
motorik yang parah ditemukan di antara orang-orang dengan cerbol palsy
yang menggunakan tes intelegensi umum seperti Stanford-Binet. Berbagai tes
yang dibahas pada awalnya dirancang untuk digunakan dalam
pengetesan silang-budaya, juga dapat diterapkan pada orang-orang tidak
mampu secara motorik. Adaptasi Leiter International Performance Scale dan
Porteus Mazes untuk anak-anak celebral palsy, (Allen & Collins,
1955; Arnold, 1951). Jenis tes lain yang memungkinkan penggunaan respons
dengan menunjuk adalah tes kosakata bergambar. Tes
ini memberikan ukuran cepat atas kosakata “penggunaan” yang membuat tes itu
dapat diterapkan, terutama pada orang-orang yang tidak mampu membuat vokalisasi
dengan baik dan para tuna rungu. Prosedur yang sama dari pengadaan tes di gabungkan
dalam tes klasifikasi bergambar, sebagaimana diilustrasikan
oleh Columbia Mental Maturity Scale (CMMS-Burgermeister, Blum & Lorge,
1972). Data ekstensif tentang validitas dan kemampuan aplikasi CMMS pada
berbagai kelompok individu penyandang cacat sudah tersedia untuk bentuk awal
test ini. Akan tetapi, karena norma-normanya sudah kadaluwarsa dan
rentang penaksiran kemampuan yang
sempit kemampuan aplikasi CMMS agak terbatas.
1) Pendekatan pada Pengetesan Lintas –
Budaya
Ø Pendekatan pertama menyangkut
pilihan soal yang umum bagi banyak budaya yang berbeda dan validasi tes yang
dihasilkan menurut kriteria lokal dalam banyak budaya yang berbeda.
Ø Pendekatan kedua adalah
mengembangkan tes dalam satu budaya dan menjalankan untuk orang dengan latar belakang
budaya yang berbeda. Kita seharusnya menghindari kesalahan karena memandang tes
apapun yang dikembangkan dalam kerangka kultural tunggal sebagai tongkat
pengukur universal unutk mengukur ‘intelegensi’ atau konstruk – konstruk
lainnya. Yang bisa dipastikan dengan pendekatan semacam ini adalah jarak
kultural antara kelompok – kelompok, dan juga derajat akulturasi seseorang
serta kesiapannya unutk aktivitas pendidikan dan pekerjaan yang spesifik untuk
budaya tertentu.
Ø Pendekatan ketiga adalah berbagai
tes yang berbeda (adaptasi substansial tes – tes yang ada) bisa dikembangkan
dalam budaya, divalidasikan menurut kriteria lokal dan digunakan hanya
dalam budaya yang sesuai.
Tiap tes diterapkan hanya dalam budaya dimana tes itu
dikembangkan dan tak diusahakan perbandingan lintas – budaya apapun.
Pengetesan
multikultural bergerak menjauh dari penyusunan tes – tes khusus dan lebih dan
lebih berfokus pada peran penguji selama proses pengetesan. Pada dasarnya,
tanggung jawab penguji untuk :
Ø untuk memperoleh informasi
tentang latar belakang kultural orang yang di tes.
Ø untuk Memilih tes yang paling cocok
dengan maksud penggunaan tes.
Ø untuk Menyajikan dan
meyelengarakan tes secara efektif untuk individu – individu tertentu.
Ø untuk Menginterpretasikan
hasil – hasil tes dilihat dari segi latar belakang dan konteks pengalaman
individu(pekerjaan, pendidikan, komunitas dan sebagainya).
2) Penilaian Atas Lingkungan
Pencarian tes universal atas intelegensi manusia sekarang
diakui sebagai usaha yang sia – sia, karena ada kesadaran yang makin kuat
akan kontribusi besar dari lingkungan individu dan riwayat pengalaman individu
terhadap bentuk intelegensi mereka. Kondisi – kondisi ini telah mendorong
peningkatan aktivitas untuk menaksir lingkungan tempat individu itu berfungsi.
Para sosiolog memanfaatkan prosedur – prosedur yang rumit
untuk mengidentifikasi keanggootaan kelas sosial seseorang (Warner, Meeker,
& Eels, 1949).
Keterbatasan utama indeks global tradisional berasal dari
fakta bahwa indeks – indeks tersebut mengklasifikasikan lingkungan sepanjang
kontinuum tunggal yakni lebih baik – lebih buruk atau lebih tinggi – lebih
rendah.
Pengetesan lintas – budaya menyoroti peran penting yang
dimainkan oleh pola asuh orangtua dan lingkungan rumah tangga dalm perkembangan
intelektual seorang anak yang sedang tumbuh. Perbedaan lingkungan tidak
terbatas pada populasi etnis atau budaya yang dengan jelas dapat didefinisikan,
tetapi bisa sangat memengaruhi perkembangan psikologis pribadi.
SUMBER
REFERENSI:
Anastasi, Anna & Urbina,
Susana psychological testing 7e
Kaplan, Robert M & Saccuzo,
Dennis P 5h ed psychological testing
Hay….. teman-teman…
BalasHapusSaya mau berbagi hasil perkuliahan psikodiagnostik kepada semuanya… tadi diperkuliahan membahas tentang tes-tes yang bersangkutan di populasi khusus….
Sebelum berlanjut ke tes, ternyata tes itu sudah dibuat pertama kali sebelum masehi di cina, dan cina membuat tes untuk merekrutmen dari rakyat kecil yang ada dicina… kemudian berkembang ke barat yang dikemukakan oleh wundt dan tes yang pertama kali muncul adalah tes binet & simon baru muncul lagi tes spearman yang dikenal sampai sekarang. Tes yang dilakukan di bagian barat ialah tes untuk rekrutmen para tentara pada tahun (1930) dan saat itu yang dinamai sebagai Army Alpha Test.
Profil test:
Power test: diberi waktu 30 menit
Paper and pencil test
Intelligence test( untuk mengetahui kemampuan)
Individual and group
Individual: waktunya lebih bebas dalam test dan adanya observasi sedangkan digroup test waktunya ditentukan dan kurang adanya observasi.
Tes Spearman itu berfokus pada G factor dimana menjadi keseluruhan dan G factor juga multicultural ( tentang tes culture). Didalam tes intelegence terdapat beberapa tokoh, sbb:
1) Spearman
2) Thurstone
3) Cattel
4) Gulford
Salah satu latar belakang tokoh diatas yaitu cattel, kita akan membahas nya sedikit, bahwa cattel mengukur fluid intelegence → yaitu kemampuan analisis dan penalaran dalam situasi dan di cattel juga terdapat pengukuran G factor yang disebut tes CFIT. CFIT terdiri dari 4 subtes, sbb:
Subtes 1→series ( 3 menit)
Subtes 2 →classification ( 4 menit)
Subtes 3 → matrices (3 menit)
Subtes 4 → subter 4 ( 4 menit)
Tes kemampuan Diferensial → Pengukuran S factor, dimana intelligence umum (1976) ini tidak layak mengukur G factor karena S factor lebih ke spesifik, sedangkan G factor lebih generalisasi.
Didalam tes ability diferensial adanya TKD yang memiliki subtes nya. Tokoh nya adalah Thurstone ( Primar
Primary mental abilities). → terkait kecerdasan yang terdiri atas 7 kemampuan. IST juga termasuk →TKD. Didalam S factor bentuk tes nya gambar dan verbal, sedangkan di G factor lebih ke gambar. Kelebihan dari TKD bisa mengukur minat bakat seseorang.
sumbernya: Hasil Perkuliahan Psikodiagnostik by mas seta